ROH KUDUS MEMBERI HIDUP PADA TUBUH YANG FANA
ROH KUDUS MEMBERI HIDUP PADA TUBUH YANG FANA
Setelah selesai studi S2, di tahun 1993, kami
langsung pulang Manado. Dan masih tinggal bersama orang tua secara
bergantian, yaitu di Manado dan Tondano. Pada awal tahun 1994, oleh
berkat Tuhan kami dapat membeli satu unit rumah panggung (jenis rumah
Adat Minahasa), dan dibangun di bidang tanah yang sudah kami beli sejak
masih di Bogor pada tahun 1991. Tanah tersebut terletak di Keluarahan
Tataaran Patar.
Walaupun masih sangat terbatas, saya memutuskan
untuk segera tinggal di rumah tersebut. Saya masih ingat waktu itu
tanggal 2 Agustus 1994. Sekitar dua hari kemudia, saya mengajak istri
untuk segera tinggal di rumah kami. Kami mulai menempat rumah itu,
sambil mebenahi bangunnnya tahap demi tahap.
Setelah kurang lebih 2 tahun tinggal di rumah kami,
kami diberikan pelajaran penting oleh Tuhan. Waktu itu di Tataaran
Patar, di sekitar rumah kami, mengamuk wapah penyakita terhadap ternak
ayam. Banyak ayam di sekitarnya mati. Kami waktu itu memiliki satu ayam
betina yang diberikan oleh ayah mertua. Ayam itu juga kena wabah.
Gejalanya, ayam menjadi sangat murung dan sulit untuk bergerak, Di sana
sini ayam membuang kotoran yang berwarna kehijau-hijauan. Sebagai
keluarga baru ayam tersebut kami rasa berarti.
Dengan pemahaman Firman yang sudah saya pahami
sampai saat itu, saya terdorong oleh roh saya untuk berusaha
menyelamatkan ayam ini. Apa yang saya lakukan? Setelah bedoa, saya
melakukan semacam terapi kepada ayam ini. Saya menggerak-gerakan kaki
dan sayapnya secara berulang kali. Saya melakukannya selama kurang labih
tiga hari. Saya juga memberikan obat bodrex kepada ayam tersebut.
Setelah tiga hari ayam tersebut dapat segar dan sehat lagi.
Beberapa waktu kemudia, hal yang serupa terjadi
lagi, tetapi pada seekor kucing peliharaan kami. Kucing kami jatu sakit.
Kucing tersebut tidak dapat berdiri lagi. Tidak maun makan, dan di rumah
kayu kami di lantai 2, sudah dipenuhi dengan kotoran kucing yang cair.
Saya terdorong untuk melakukan hal yang sama eperti yang saya lakukan
kepada seekor ayam. Setelah berdoa, saya mulai menggerak-gerakan keempat
kakinya secara berulang-ulang. Saya mengangkat keuda kaki depan secara
berulang-ulang. Saya juga melakukan tindakan ini kurang lebih tiga hari
secara terus menerus. Saya juga memberikan bodrex kepada kucing
tersebut. Setelah kurang lebih tiga hari kucing tersebut segar dan sehat
kembali.
Apa pelajaran penting yang saya petik dari dua
kejadian ini? Pelajaran pentingnya adalah: Pertama, tentu Tuhan mendengar
doa saya. Kedua, kita menjadi mahluk yang hidup (manusia) karena Allah
memberikan roh kepada kita (Kejadian 6:3; Ayub 32:8; Mazmur 104:29; Amsal
20:27; 1 Kor 2:11).
Ternyata, binatang saja, yang tidak memiliki roh seperti manusia, kalau
kita membuat anggota-anggota tubuhnya bergerak, dan tidak dibiarkan
terdiam karena sakit, kehidupan akan terjadi dan berlanjut dalam tubuh
binatang tersebut, seperti yang terjadi pada seekor ayam dan kucing yang
saya ceritakan di atas. Bagaimana dengan kita manusia?
Dari peristiwa yang saya ceritakan di atas, saya
teringat akan Firman Tuhan yang terdapat pada Roma 8:2, 11:
Yang memberi kita hidup adalah Roh Allah (Roh Kudus). Oleh arena itu, di dalam kelemahan kitapun Roh Allah akan memberi kekuatan kepada kita. Roh Kudus, yang telah membangkitakan Tuhan Yesus dari antara orang mati ada di hati setiap orang percaya, dan Roh itulah yang memberi kehidupan kepada tubuh (organ-organ tubuh) kita yang fana ini.
Saya telah menjadikan Firman Tuhan ini sebagai pegangan saya dalam menghadapi berbagai kemelut dalam tubuh saya. Ketika saya mengalami sakit, kelemahan tubuh, lelah oleh karena berbagai pekerjaan yang harus dilakukan, saya selalu menyebutkan ayat ini secara berulang-ulang. Saya mengakui Firman Tuhan ini dengan mulut saya sendiri, dan saya belajar untuk berpegang teguh pada pengakuan saya terhadap Firman Tuhan ini. Kerap kali ketika saya sulit untuk tidur saya menyebutkan ayat-ayat Firman Tuhan ini secara berulang kali di tempat tidur, sambil mengucap syukur kepada Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus, pemberi hidup itu. Dalam beberapa menit kemudia saya dapat tertirus dengan nyenyak. Tentu saja bukan hanya ayat-ayat ini saya juga menjadikan banyak ayat lain sebagai dasar pengakuan mulut saya, dan saya terus belajar berpegang teguh pada pengakuan mulut saya berlandakan Firman Tuhan.
Yang memberi kita hidup adalah Roh Allah (Roh Kudus). Oleh arena itu, di dalam kelemahan kitapun Roh Allah akan memberi kekuatan kepada kita. Roh Kudus, yang telah membangkitakan Tuhan Yesus dari antara orang mati ada di hati setiap orang percaya, dan Roh itulah yang memberi kehidupan kepada tubuh (organ-organ tubuh) kita yang fana ini.
Saya telah menjadikan Firman Tuhan ini sebagai pegangan saya dalam menghadapi berbagai kemelut dalam tubuh saya. Ketika saya mengalami sakit, kelemahan tubuh, lelah oleh karena berbagai pekerjaan yang harus dilakukan, saya selalu menyebutkan ayat ini secara berulang-ulang. Saya mengakui Firman Tuhan ini dengan mulut saya sendiri, dan saya belajar untuk berpegang teguh pada pengakuan saya terhadap Firman Tuhan ini. Kerap kali ketika saya sulit untuk tidur saya menyebutkan ayat-ayat Firman Tuhan ini secara berulang kali di tempat tidur, sambil mengucap syukur kepada Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus, pemberi hidup itu. Dalam beberapa menit kemudia saya dapat tertirus dengan nyenyak. Tentu saja bukan hanya ayat-ayat ini saya juga menjadikan banyak ayat lain sebagai dasar pengakuan mulut saya, dan saya terus belajar berpegang teguh pada pengakuan mulut saya berlandakan Firman Tuhan.
Pada tanggal 15 April yang lalu (tahun ini 2018), saya
menyampaikan kesaksian tentang kebenaran Firman Tuhan ini sewaktu
merayakan HUT ke 80 tahun ayah saya Bernhard Alexsander Palilingan, dalam
acara sambutan mewakili keluarga. Ayah saya seorang penasehat jemaat GMIM
Musafir Kleak di Manado. Sebelumnya, Beliau sudah beberapa periode menjadi
Majelis Jemaat dan pernah menjadi Sekretaris BPMJ. Pada waktu perayaan
tersebut diundang anggota jemaat setempat, pimpinan Gereja (BPMJ),
kerabat, keluarga dan, tidak ketinggalan pendeta dan mantan pendeta yang
pernah bertugas di Gereja Musafir Kleak. Di dalam cara makan kasih,
seorang pendeta senior berkata kepada saya: "dalam percakapan dengan
beberapa rekan pendeta setelah mendengarkan kesaksian tadi, kami
berkata bahwa kesaksian yang disampaikan tadi seperti men-charge lagi kehidupan beriman kami". Ayah saya berkata kepada saya, beberapa
waktu berselang setelah perayaan tersebut, dalam suatu pertemuan dengan
seoarang pendeta senior yang lain yang ikut mendengarkan kesaksian:
"kesaksian yang disampaikan anak bapak sewaktu acara perayaan HUT ke-80
sangat memberkati, saya malah menggunakan kesaksian itu dalam pelayanan
saya".
Dalam pelayanan saya sebagai hamba Tuhan, sebagai
Majelis Jemaat sudah hampir 6 periode pelayanan di GMIM, saya kerap kali
membacakan ayat-ayat ini kepada orang sakit sebelum saya mendoakan mereka.
Saya juga mendorong agar terus menggerakkan oragn-organ tubuh, dan jangan
diam. Roh Allah, melalui roh kita, akan menghidupkan tubuh kita yang fana
itu. Ingat Firman Tuhan menyatakan, Roma 10:17:
Dengan memahami Firman Tuhan dengan benar, maka iman
akan timbul dalam hati. Kalau iman sudah timbul dalam hati, maka Firman
Tuhan itu akan menjelma menjadi kenyataan dalam kehidupan orang yang sakit
atau orang yang didoakan.
Terpujilah Tuhan Yesus Kristus. Amin.
Comments
Post a Comment